Selama 101 tahun berdirinya organisasi islam Nahdlatul Ulama, Pengurus Wilayah Nahdlayul Ulama (PWNU) kembali meneguhkan posisi masyarakat Nahdliyin dalam berkhidmat untuk Indonesia. Apalagi semakin mendekati Pemilu 2024, jangan sampai terjadi perpecahan saudara antara masyarakat.
Hal ini disampaikan Pengurus PWNU Jawa Tengah, KH Mandzur Labib saat menghadiri peringatan Harlah NU ke -101 pada Minggu, 4 Februari 2024. Di depan ratusan warga nahdliyin yang hadir di GOR Drs. Poedjiharjo, ia menyampaikan Pemilu mendatang merupakan agenda rutin lima tahunan. Maka dari itu jangan sampai kerukunan masyarakat terpecah belah. Ia menambahkan Pemilu ini merupakan keniscayaan sehingga masyarakat harus secara terbuka menerima perbedaan pilihan.
Menurutnya ujung tombak keutuhan Nahdlatul Ulama adalah di tingkat ranting atau desa, sehingga rasa persaudaraan yang terjaling harus berasal dari lingkungan terkecil.
Sejalan dengan itu, Katib Syuriah Pengurus Cabang NU (PCNU) Wonosobo, KH Arifin Shiddiq mengatakan jumlah masyarakat nahdliyin di Wonosobo terbilang mayoritas. Maka dengan fakta ini masyarakat diimbau untuk ikut menjaga ketentraman jelang pemilu.
Lebih dari itu didepan audiens yang dihadiri oleh internal NU, ia bercerita tentang sejarah NU di Wonosobo.
Menilik dari berbagai sumber yang ditemukan, NU di Wonosobo sudah ada sekitar tahun 1931. Salah buktinya yakni ditemukan Kartu Tanda Anggota milik warga Kejajar. Hal ini menunjukkan bahwa secara administrasi NU sudah tertata. Maka dari itu ia harap hal-hal baik yang sudah ada di NU dapat terus dilakukan serta terus melakukan inovasi di berbagai bidang. (FAZ)